Sunday, February 22, 2009

BAHAN RENUNGAN HARI KE-12

SAKSI IMAN


Saya ingat betapa gembiranya perasaan saya ketika anak kami dapat menirukan kata 'mama' dari bibir mungilnya untuk pertama kalinya. Anak-anak belajar dengan meniru. Mereka adalah peniru yang paling baik tapi bukan penafsir yang baik. Itu­lah sebabnya saya sering khawatir bila anak-anak menonton ade­gan kekerasan di televisi.
Sebaliknya saya juga senangjika acara televisi dapat mendidik apalagi membantu pertumbuhan iman anak-anak kami. Setiap pemberitaan tentang Kristus akan membangkitkan dan mengu­atkan iman. Dengan mendengar dan melihat kesaksian iman ten­tang Kristus saya berharap iman anak-anak kami makin dikuatkan dan kelak dapat menjadi pewarta iman yang tangguh.
Setiap orang Kristen mempunyai tugas mewartakan Tuhan yang hidup. Yesus menegaskan perlunya kita mengakui iman dan mengakui-Nya di hadapan manusia (Mat 10:32). Mungkin ada dari kita yang tidak berani mengakui bahwa Yesus itu Tuhan. Banyak yang memandang bahwa mengorbankan bisnis atau persahabat­an demi keyakinan akan Kristus itu sangat tidak realistis. Banyak juga orang Katolik yang masih malu membuat tanda salib sebelum makan di suatu pesta atau restoran. Mungkin juga kita sering lupa bersyukur kepada Tuhan atas kesehatan, pekerjaan, anak yang pandai, dst. Kita lupa bahwa Yesuslah yang berhak atas seluruh kehidupan kita. Dialah satu-satunya Tuhan atas hidup kita.
Pertanyaan Tuhan kepada Yesaya juga ditujukan kepada kita orang - orang pilihan-Nya: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapa­kah yang mau pergi untuk Aku?" (Yes 6:8). Jika kita telah disela­matkan dan mengalami kebaikan Tuhan, apakah pertanyaan ini terlalu berat untuk kita? Bukankah kita tidak harus pergi ke tem­pat yang jauh untuk mewartakan Tuhan?
Kita dapat menjadi saksi-Nya di mana pun kita berada. Kita perlu terus berdoa agar mata batin kita makin terbuka. Mampu melihat Tuhan yang hidup dalam peristiwa - peristiwa yang kita alami. Mau mengakui-Nya sebagai satu - satunya Tuhan yang ber­kuasa dalam seluruh hidup kita. Jangan lupa, bagi orang beriman selalu ada alasan untuk bersaksi tentang kebaikan Tuhan! (Eln) 

Saturday, February 21, 2009

BAHAN RENUNGAN HARI KE-11

BERHALA



Seandainya Hosea hidup kembali, ia akan marah sekali. Manusia-manusia zaman sekarang suka 'menyembah buatan tangannya'. Itu nampak ketika seseorang berada di depan televisi. Televisi seakan-akan telah menjadi tuan yang patut diberi puja-puji. Karena itu banyak orang rela memberikan dirinya begitu lama di depan televisi.
"Mau apalagi, tidakada hiburan", kata seseorang menghibur diri."Mau baqaimana lagi tidak ada pekerjaan'; kata yang lain menenangkan diri. "Kami butuh refreshing", kata yang lain mem­bela diri.Terserahlah! Intinya toh sama. Televisi telah mengalahkan Tuhan. Mari kita hitung, berapa waktu yang kita persembahkan buat Tuhan dalam sehari. Mungkin waktu kita untuk Tuhan 10% kurang dari dari waktu kita untuk menonton televisi.
Lebih mengenaskan lagi, tontonan dalam televisi banyak yang tidak mendidik. Sinetron yang tidak masuk akal. Acara pencarian bakat yang membodohkan (menurut data KOMPAS, telah banyak korban acara seperti ini). Berbagai bentuk kekerasan dan ung­kapan tidak sopan, semuanya ada. Karena kita tonton setiap hari, kita semakin tidak katolik. Mengapa saya katakan demikian? Sebab kita diam saja dengan hal-hal semacam itu. Kita juga terjebak dafam bisnis pengumpulan pulsa yang membuat banyak orang terjerat hutang. Kita telah ikut memupuk mimpi-mimpi kosong yang menghilangkan semangat kerja keras.
Televisi adalah buatan tangan manusia, namun sekarang kita menyembahnya. Sungguh Hosea akan murka jika ia mengetahui hal ini. Apa yang mesti kita lakukan agar kita tidak terkena murka Hosea, bahkan murka Allah? Mari kita jalankan tugas kita sebagai pengikutYesus, mewartakan kabargembira. Tugas ini tidak mudah. Bahkan bahaya akan mengancam. Namun jangan takut. Roh Tuhan akan menyertai kita.
Televisi adalah salah satu tantangan kita. Agar dapat men­jadikan televisi sebagai sarana pendewasaan, kita mesti kritis. Jika tayangan yang ada tidak berkualitas jangan ditonton. Jangan mau dibodohi televisi. Jangan pernah menyembah buatan tangan kita sendiri. Karena ia adalah berhala. (UIs)

Friday, February 20, 2009

BAHAN RENUNGAN HARI KE-10

BACA KITAB SUCI DULU



Mata adalah salah satu organ penting. Indra ini dapat membantu kita menikmati alam nan indah ciptaan Al­lah sehingga mampu bersyukur pada-Nya. Namun karena mata pula, seseorang dapat berlaku menyimpang. Misalnya, seorang bapak tanpa ampun memukuli istrinya, seorang ibu tega mene­lantarkan anak dan suaminya dan menyeleweng dengan pria lain yang lebih kaya, seorang anak tega menganiaya adik kandungnya. Semuanya karena terinspirasi setelah melihat tayangan televisi.
Fakta-fakta di atas menunjukkan betapa media televisi mam­pu mempengaruhi habit (kebiasaan) setiap orang secara perla­han tapi pasti. Ibarat pisau, apabila dipegang seorang tukang ma­sak yang handal, makanan yang lezat cepat tersaji. Namun apa­bila berada ditangan seorang tanpa nurani, pisau bisa mencelakai orang lain di dekatnya. Begitu pun televisi. Media ini sangat efektif untuk kemajuan bila yang disajikan mendidik, etis, dan hu­manis. Namun, bisa pula membuat orang sesat ketika tayangan yang disajikan brutal tanpa hati nurani.
Saat ini televisi seakan-akan menjadi Tuhan. la lebih mampu mempengaruhi pola pikir banyak orang daripada kitab suci. Seseorang betah berjam - jam menonton televisi, sementara satu menit membaca kitab suci saja rasanya tersiksa.Bacaan pertama hari ini menceritakan umat Israel yang begitu mudah berpaling kepada para Baal. Dewa-dewa Baal zaman sekarang bisa jadi berupa tayangan televisi. Sekilas menarik hati tapi sebetulnya membutakan nurani. Bagaimana menyikapi hal ini?
Hari ini Yesus mengharapkan kita untuk setia memberitakan kabar gembira kerajaan surga. Untuk ituYesus meminta kita tidak mudah terpengaruh hal-hal duniawi. "Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga ........ sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya". Kita semua diharapkan menyerahkan se­galanya pada Allah, tanpa tawar-menawar lagi.
Tayangan televisi boleh saja dinikmati, tetapi perlu rahmat Ilahi. Maka sebelum menonton televisi, alangkah baiknya mem­bekali diri dengan tuntunan Ilahi lewat kitab suci. Niscaya kita tetap setia pada hati nurani. Selamat menonton televisi dan mencari Allah dalam setiap tayangan yang kita nikmati! (Gor).

Thursday, February 19, 2009

BAHAN RENUNGAN HARI KE-9

KESAKSIAN HIDUP

Bapak Andreas adalah seorang warga yang peduli pada tetangga sekitarnya. Pada suatu hari ibu Kotijah, te­tangganya, memohon kepadanya untuk mengantar putranya yang sakit ke rumah sakit. Ibu itu tidak tahu harus meminta ban­tuan kepada siapa lagi. Walaupun Pak Andreas punya rencana lain yang mendesak, ia dengan ikhlas mau membantu. la men­dudukkan bocah itu ke kursi mobil, mengencangkan sabuk peng­amannya, dan segera melaju menuju rumah sakit.
Dalam perjalanan, bocah lelaki yang bernama Seno itu me­natap Pak Andreas dan bertanya, 'Apakah bapak bernama Allah?" Dengan terkejut Pak Andreas menjawab, "Bukan !!"Anak lelaki itu dengan lugunya melanjutkan, "Tad isaya mendengar ibuku berdoa kepada Allah agar aku dapat diantar ke rumah sakit. Kalau bapak bukan Allah, apakah bapak anak buah Allah?" Pak Andreas ber­gumam, "Mungkin demikian.". Dalam hati pak Andreas muncul keinginan untuk melaksanakan perbuatan baik seperti ini lagi, agar ia dapat mewartakan kebaikan Allah.
Yesus memanggil dan mengutus para murid-Nya, "Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat." (Yoh 10:7) Sung­guh menarik bahwa para murid yang dipanggil Yesus bukanlah orang-orang yang hebat. Mereka kebanyakan tidak terdidik dan orang-orang biasa. Namun Yesus mempercayakan perutusan­nya kepada mereka. Kini, Tuhan pun memanggil dan mengutus kita semua, tanpa kecuali, untuk mewartakan kabar gembira Kerajaan Allah. Pewartaan kabar gembira tidak melulu dengan kata-kata, namun terlebih melalui kesaksian hidup kita sehari-hari.
Dunia dan masyarakat luas membutuhkan kabargembira Ke­rajaan Allah. Allah memerlukan kita untuk menjadi saksi kebenar­an di tengah situasi riil masyarakat saat ini, misalnya situasi kelaparan, ketidakamanan hidup, ketidakadilan dan penindasan hak­hak asasi manusia. Kita perlu merefleksikan diri: sejauh mana saya terlibat menjadi saksi kebenaran, menjadi pewarta kabar gembira di tengah lingkungan, tempat saya berada. Sebagaimana Bapak Andreas, kita juga di panggil menjadi bentara untuk mem­bawa keselamatan yang ditawarkan Allah kepada dunia. (Nhr)

Wednesday, February 18, 2009

BAHAN RENUNGAN HARI KE-8

PENGORBANAN


 Sebuah lonceng menjadi lonceng, bila ia berbunyi; se­buah lagu akan menjadi sebuah nyanyian bila dinya­nyikan; demikianjuga halnya dengan kasih : ia akan menjadi kasih pada saat orang mengasihi. Artinya, orang harus keluar dari diri­nya dan berarti bagi orang lain. Ibarat seorang manusia, ia hanya akan menjadi manusia bila keluar dari rahim, setelah sembilan bulan berdiam dalam sebuah keheningan total. la menjadi ang­gota umat manusia ketika merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain yang telah lahir sebelum dia.
Panggilan 12 rasul dilator belakangi oleh rasa KASIH Yesus yang mendalam kepada orang banyak yang mengikuti-Nya."Tuaian memang banyak, tetapi pekerjanya sedikit" (Mat 9: 37). Yesus merasa iba melihat umat Israel yang haus akan bimbingan, pe­mimpin yang berbudi, dan lapar akan kehadiran manusia-manusia yang mau berkorban,yang benar,jujur, dan adil.
Kelangkaan akan manusia yang benar membuat manusia dan dunia menjadi sakit, bahkan mati secara rohani. Para rasul diutus untuk pergi keluar dari dirinya sendiri dan memberdayakan seluruh umat manusia yang sedang sakit (moral dan religius). Tanpa kehadiran "pekerja-pekerja Tuhan" ini, maka dunia, yang adalah tanaman persemaian manusia, akan hancur berantakan.
Albert Einstein pernah berkata, “Ada satu hal yang sangat saya sadari, yaitu bahwa jika seseorang hidup, ia hidup demi orang lain. Dalam satu hari saya berulang-ulang menyadari bagaimana hidup saya dibangun oleh kerja keras teman-teman saya dan ka­rena itu saya harus keluar dari diri saya untuk membalas apa yang saya dapatkan dari orang-orang lain diluar diri saya".
Maka resep untuk hidup bahagia adalah meningkatkan kesa­daran bahwa saya lebih membutuhkan orang lain, dan bukan mengunggulkan keyakinan pribadi bahwa sayalah yang lebih di­butuhkan oleh orang lain. Artinya, jika ingin merasakan nikmat­nya kehidupan, indahnya tidur tanpa mimpi-mimpi buruk, dan jantung anda berdetak teratur ritmis, makajadilah manusia yang berkorban! (Six)

 

Tuesday, February 17, 2009

BAHAN RENUNGAN HARI KE-7

BERIMAN


Iman menjadi dasar landasan yang kuat bagi orang untuk tetap berbesar hati dan optimis. Iman bahkan menda­tangkan tindakan kasih Allah. Dengan demikian, iman bukanlah soal perasaan, melainkan soal tindakan dan hidup. Paus Benedik­tus XVI dalam ensikliknya Deus Caritas Est (DCE no. 39) menga­takan, "Iman, pengendapan kasih Allah yang nampak dalam hati Yesus yang tertembus di salib, pada gilirannya menciptakan kasih. Kasih adalah cahaya - pada akhirnya satu-satunya - yang setiap kali menerangi dunia yang gelap dan memberi kepada kita keberanian untuk tetap hidup dan bergerak."
Dua kisah mukjizat pada hari ini membantu kita untuk me­lihat betapa iman itu memiliki kekuatan dahsyat. Iman itulah yang menggerakan Allah untuk menunjukkan kasih-Nya. Kepala rumah ibadat itu sudah tahu bahwa anaknya telah meninggal. Namun ia percaya akan kuasa kasih Yesus. la yakin bahwa Yesus dapat mengembafikan hidup anaknya. Dan hal itu memang ter­jadi. Yesus memegang tangan anak itu dan membangkitkan dia.
Sedangkan seorang ibu yang sudah 12 tahun lamanya men­derita sakit pendarahan juga memiliki iman yang luar biasa. la yakin bahwa dengan menjamahjubah Yesus, dirinya akan sembuh. Dan hal itu memang terjadi. Yesus meneguhkan iman ibu itu, dan dengan penuh kasih, la berkata, "Teguhkanlah hatimu, hai anak­Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau."
Bagaimana dengan kita? Mukjizat sudah dan sedang terjadi ketika kita hidup dan bertindak dalam iman. lman sebagai tinda­kan penyerahan dan kepasrahan kita kepada Allah, mendatang­kan tindakan kasih dari Allah sendiri. Allah yang adalah kasih bisa berbuat apa saja bagi kita yang mau percaya. Sanggupkah kita beriman? Maukah kita percaya? Mukjizat itu nyata. Itulah wujud kasih Tuhan bagi mereka yang mengharapkan segalanya dari Allah semata. Hanya Allah sudah cukup.
"Bapa yang kekal, syukur karena Engkau begitu mencintai kami. Aneka karunia Kau berikan pada kami. Maka tambahkanlah iman kami, agar kami mampu melihat kebesaran-Mu dalam setiap pe­ristiwa hidup yang kami alami. Amin". (Buy)

Sunday, February 15, 2009

BAHAN RENUNGAN HARI KE-6

MENCARI KELEGAAN


Seorang pastor mengasuh sebuah Panti Asuhan. la sering mengemis di restoran-restoran, di kota tempat tinggalnya, demi kelangsungan hidup panti asuhan itu.
Pada suatu hari ketika ia sedang mengemis di sebuah restor­an, seorang pengunjung restoran yang merasa terganggu, meng­ucapkan kata-kata kasar dan meludahi wajah pastor itu. Pastor mengambil sapu tangan dari saku jubahnya, mengusap air ludah dari wajahnya, dan dengan sangat ramah ia berkata dengan tulus, "Terima kasih. Ludah itu untuk saya, barangkali ada sesuatu untuk anak yatim piatu di panti asuhanku?"
Orang itu tersentak dengan ucapan pastor itu. la merasa malu dan kemudian menyerahkan seluruh isi dompetnya. la me­nyadari beban berat yang dideritanya selama ini. Kelembutan pastortelah mengalahkan kekerasan hatinya.
Pada zaman sekarang kesibukan manusia semakin meningkat. Beban dari setiap permasalahan membuat otak terus bekerja tiada henti. Tekanan demi tekanan datang pada setiap manusia. Aki­batnya, hati menjadi keras, mudah tersinggung, marah dan tidak bisa berpikir denganjernih.
Hari ini Yesus mau melepaskan beban berat kita. la memberi­kan kelegaan hati kepada semua orang yang datang kepada-Nya. "Belajarlah dari pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, maka hatimu akan mendapatkan ketenangan” (Ay. 29).
Kita tentu pernah jenuh, penat dan berbeban berat dalam hidup ini. Kita mencari hiburan, entah rekreasi, olah raga, jalan­jalan, atau sekedar nonton TV atau DVD di rumah. Namun, ane­ka hiburan dari dunia ini hanya membuat kita tenang sesaat saja. Setelah itu beban berat akan datang kembali. Tidak ada yang dapat memberi kelepasan yang kekal selain Tuhan Yesus.
Tiap saat kita memerlukan kekuatan baru untuk menghadapi setiap masalah. Pastor dalam cerita tadi telah mendapatkan ke­kuatan sekaligus kelembutan hati Tuhan. la mencintai yatim piatu sekaligus orang yang telah meludahinya. Tindakannya telah meng­ubah kerasnya hati orang menjadi lembut penuh belas kasihan. Anda dan saya pun juga mampu melakukannya. (Wan)

Saturday, February 14, 2009

BAHAN RENUNGAN HARI KE-5

MENYATUKAN DIRI



 Televisi sudah merambah ke mana-mana. Hampir di setiap rumah televisi hadir sebagai tontonan baik untuk anak­anak maupun orang dewasa. Televisi telah menjadi alternatif pi­lihan hiburan masyarakat. Televisi bukan lagi barang mewah se­perti zaman dulu. Semua orang bisa membelinya.
Tontonan di layar kaca kadangkala menjadi tuntunan bagi se­bagian kalangan. Ironisnya menjadi tren dan akhirnya menjadi gaya hidup, mulai dari tutur kata, cara berpakaian, bahkan sampai hal-hal yang melampaui batas. Inilah fenomena kehidupan modern. Era globalisasi memberikan dampak yang sangat besar bagi peradaban. Ada yang positif, ada yang negatif. Bagaimana me­nyikapinya? Bagaimana dengan generasi muda kita? Salah satu solusinya adalah memberikan perhatian serius pada mereka. Ge­nerasi muda membutuhkan kedekatan relasi dengan orang tua.
Demikian halnya dengan kita umat beriman. Yesus selalu ingin dekat dengan para muridnya. la mendampingi dan menguatkan bila kita mengalami cobaan. Matius menggambarkan kedekatan kita dengan Yesus ini dengan tidak perlu berpuasa.
Puasa seringkali diartikan sebagai laku tapa dan silih terhadap segala dosa. Dan dosa berarti putusnya hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Maka untuk menyatukan kembali hubungan itu, kita mesti puasa dan matiraga. Sebaliknya, bila hubungan dengan Tuhan sangat akrab maka kita pun tidak perlu berpuasa. Sikap ini menjadi gambaran relasi dalam keluarga. Dalam ke­luarga ideal ada hubungan yang akrab satu sama lain. Keluarga menjadi pilar dalam membentengi anak-anak terhadap pengaruh lingkungan. Keluarga diharapkan menjadi komunitas yang kritis dalam menyikapi tayangan televisi yang banyak memberikan dampak negatif pada anak-anak.
Bagaimana dengan keluarga kita? Sudahkah menciptakan hubungan yang dekat bersama anak-anak? Perhatian dan kede­katan akan mempermudah mengarahkan mereka pada jalan yang baik dan benar. Mari kita puasa dan mati raga dengan mengalah­kan egoisme. Dan dengan lebih memperhatikan dan mencintai keluarga, niscaya kita akan selamat, sehat dan bahagia. (Wap)

Thursday, February 12, 2009

BAHAN RENUNGAN HARI KE-4

WAKTU BERSAMA YESUS


Televisi rupanya sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Hampir setiap rumah mempunyai televisi. Televisi memang menjadi salah satu hiburan yang paling mudah kita peroleh. Banyak waktu kita habiskan dengan menonton tele­visi. Menurut survei, rata-rata orang Inggris menghabiskan se­pertiga waktu terjaganya untuk nonton televisi. Orang Amerika dua kali lipat dari itu (John Storey 2007:11). Berapakah waktu yang Anda habiskan untuk menonton televisi? Anda bisa menghitung­nya sendiri.
Menonton televisi bukanlah hal yang negatif. Banyak infor­masi dan pengetahuan dapat kita peroleh melalui tayangan tele­visi. Yang menjadi masalah adalah banyaknya waktu yang kita habiskan hanya untuk menonton acara-acara televisi. Seringkali lebih banyak waktu kita habiskan di depan televisi dari pada untuk melakukan hal yang lebih penting, seperti: bekerja, belajar, atau berdoa.
Dalam Injil hari ini kita mengenal pribadi Yesus yang mau bergaul dengan para pemungut cukai dan orang berdosa. la mau meluangkan waktu bagi orang berdosa agar mereka lebih mengenal-Nya, bertobat dan percaya kepada-Nya. la memang datang untuk memanggil orang berdosa (bdk. Mat 9:13). Panggilan ini ditanggapi oleh para pemungut cukai dan orang berdosa dengan datang kepada-Nya dan meluangkan waktu bergaul bersama-Nya. Pergaulan bersama Yesus mampu mengubah hidup mereka.
Yesus pun datang kepada kita orang berdosa. la menghendaki agar kita mengenal-Nya dan mau diubah oleh-Nya. Sayangnya, kita sering kurang menyediakan waktu untuk bergaul bersama Yesus dalam doa. Kita lebih senang menghabiskan banyak waktu untuk menonton televisi daripada untuk berdoa. Hari ini Yesus menyapa Anda! Maukah Anda menyediakan waktu untuk bergaul bersama Yesus di dalam doa? Waktu bersama Yesus dalam doa akan menjadi waktu yang sangat berguna. Anda akan diubah!
Dalam Mat 9:13 Yesus berkata, "Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa" . (Kus)

Wednesday, February 11, 2009

BAHAN RENUNGAN HARI KE-3

BAHAGIA


 “Dengan cara mana aku mencari Engkau, ya Tuhan? Ka­rena kalau aku mencari Engkau, Allahku, aku mencari kehidupan bahagia," tanya St. Agustinus kepada Tuhan dalam "Pengakuan"-nya. Melalui refleksi yang mendalam, Agustinus ingin mencari hidup bahagia di dalam Allah; dan ia telah meng­ambil langkah yang tepat. Sebab, "Kebahagiaan sejati tidak ter­letak dalam kekayaan dan kemakmuran, tidak dalam ketenaran dan kekuasaan, juga tidak dalam karya manusia - bagaimana pun juga nilainya seperti ilmu pengetahuan, teknik dan kesenian... tetapi hanya di dalam Allah "
(Katekismus Gereja Katolik, 1723).
Teknik pengambilan gambar dan kesenian yang menjadi hi­buran di televisi, film khususnya, seolah telah menyajikan rasa bahagia bagi pemirsa. Padahal, apa yang dilihat mata di televisi tidak selalu berdasarkan fakta tetapi hasil rekayasa manusia. Akibatnya, setelah nonton film di televisi ada orang malah tidak bisa tidur, takut dan gelisah. Ia menjadi tidak bahagia.
Hidup bahagia dicari dan ditemukan bukan dalam sesuatu yang dapat dilihat tetapi di dalam Allah. Hidup bahagia dialami sebab orang percaya kepada Allah dan kepada Yesus, Putera-Nya yang telah wafat dan bangkit.
Rasul Tomas tidak mau percaya kalau tidak melihat sendiri Yesus yang menampakkan diri (Yoh 20:25b). Karena Tomas tidak melihat sendiri Yesus yang bangkit, ia menjadi tidak percaya. Tetapi, ketika delapan hari kemudian Yesus menampakkan diri di hadapan mereka semua, akhirnya ia menjadi percaya. Ia berseru, "Ya Tuhanku don Allahku" (ay 28).
Namun, Yesus berkata kepadanya, "Karena engkau telah me­lihat aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya"(ay 29). Sekiranya Tomas percaya ketika mendengar berita dari teman-temannya, ia sudah hidup bahagia. Satu minggu lamanya ia telah kehilangan kebahagiaan.
Banyak orang kehilangan kesempatan untuk hidup bahagia karena tidak percaya kepada Allah dan Putera-Nya. Bagaimana dengan Anda? Percaya adalah kunci hidup bahagia! (Arp)

Tuesday, February 10, 2009

BAHAN RENUNGAN HARI KE-2

SEBELUM


Di sebuah peternakan, Babi dan Sapi tinggal berdam­pingan. "Mengapa tuan lebih sayang padamu?" keluh Babi suatu kali. “Ah masa sih, sepertinya kok biasa saja. Rasanya tuan kita memang baik, deh", jawab Sapi. "lya sih, tapi tuan se­lalu memandang sayang padamu, ia mengelusmu dan memberi rumput yang baik setelah ia memerah susumu, ia juga sering se­kali memijitmu setelah kamu membajak sawahnya! Semuanya itu tak pernah ia berikan padaku", ujar Babi iri. "Mungkin benar, tuan sayang karena aku memberikan sesuatu untuknya pada sa­at aku masih hidup. Sementara kamu baru bisa memberi sesuatu, pada saat kamu sudah mati", kata Sapi.
Hidup adalah kesempatan berbagi kebaikan. Itulah pesan cerita sederhana di atas. Jika orang lebih suka mengumpulkan, hi­dup akan terasa hambar dan sia-sia. la tidak akan merasakan kepuasan hidup. Bahkan sudah mati sebelum waktunya. Itu juga kiranya pesan yangtersimpan dalam Injil hari ini.
Karena iblis, dua orang dari Gadara itu hidupnya terbelenggu dan lumpuh. Mereka tinggal dengan dunia mereka sendiri, dengan emosi, dan perasaan mereka. Hati mereka tertutup, jiwa mereka dikuasai kekuatan pikiran dan tindakan jahat. Mereka tinggal di pekuburan dan perilaku mereka memberi ancaman bagi orang la­in. Itulah kehidupan yang seperti mati sebelum waktunya.
Kehidupan semacam itu pun kiranya bisa dialami manusia zaman ini. Barangkali situasinya berbeda dengan dua orang Ga­dara. Namun, sebenarnya menyimpan kondisi yang hampir sama. Dunia menyediakan tawaran yang menggiurkan kita. Aneka ke­mudahan, kesuksesan, hiburan, dan ketenaran silih berganti mengisi ruang baca, lihat, dan ruang dengar kita. Majalah, koran, TV dan radio silih berganti mempropagandakannya. Banyak orang menjadi stres dan putus asa karena besarnya obsesi dalam hidup.
Orang tua, muda, dan anak-anak pun takjarang memandang hidup ini sebagai kesempatan untuk mengejar kenikmatan se­mata. Hidup berbagi dan mencinta menjadi slogan belaka. Jangan biarkan hal seperti ini terjadi. Mulailah berbagi dan membuka diri. Jadikan Kristus kekuatan penyembuh egoisme dan cinta diri yang berlebihan. (Ddy)

Monday, February 9, 2009

BAHAN RENUNGAN HARI KE-1

BUKAN KEBETULAN


Riturgi sabda selama Minggu ini menyajikan Kitab Amos dan Injil Matius sebagai pokok dan dasar renungan bagi hidup kita. Nabi Amos termasuk nabi besar yang berjuang gigih mewartakan pesan Allah melawan orang-orang kaya yang menin­das kaum miskin. Sedangkan Yesus menampilkan wujud Allah yang peduli kepada mereka yang berada dalam kesulitan.
Bukan kebetulan bahwa Tuhan memilih Israel sebagai umat pilihan-Nya. Semua direncanakan-Nya dan mengandung konse­kuensi besar. Mereka mesti hidup jujur dan adil di hadapan Tuhan. Namun mereka justru melanggar keadilan dan menginjak-injak kaum miskin. Maka Allah menghukum mereka. Para penguasa yang menindas kaum miskin dan lemah akan dilemparkan dari tahtanya.
Kini kita hidup dalam situasi yang sulit. Harga-harga bahan kebutuhan dasar melambung tinggi. Sementara sekelompok penguasa terus mempermainkan keadilan dan mengabaikan hak-hak rakyat. Bukan kebetulan bahwa negeri kita mengalami krisis lagi. Sebenarnya gejalanya dapat dikenali dan pencegahannya bisa dilakukan. Namun pemerintah sering menutup diri terhadap per­ingatan Tuhan. Ada bahaya rakyat akan marah dan menumbang­kan pemerintah. Di zaman Amos, penguasa yang tidak adil ditum­bangkan. Hal itu pun bisa terjadi saat ini di negeri kita.
Situasi demikian akan menimbulkan gelombang krisis dan kesulitan hidup. Semua serba tidak pasti. Kita bisa kehabisan akal seperti para murid yang hari ini perahunya diterpa badai dan angin taufan. Mereka tidak berdaya saat menghadapi kekuatan alam yang dahsyat. Namun tangan Tuhan selalu menolong mereka yang ada dalam kesulitan. Yesus menyertai mereka yang selalu menaruh harapan kepada-Nya.
Apapun yang terjadi, kehidupan mesti berlangsung terus. Apakah dalam menghadapi kesulitan hidup kita habis akal seperti para murid? Atau membiarkan Yesus menjadi penolong kita? Bu­kankah Sabda Tuhan mengingatkan kita bahwa tangan Allah se­dang bekerja? (Aja)

Thursday, February 5, 2009

DOA PENGHARAPAN

BAPA YANG MAHA BAIK
AKU BERSYUKUR KEMBALI
KEPADA MU ATAS ANUGRAHMU
HARI INI AKU MENDAPAT SURAT
UNTUK MENGURUS PIAGAM
PENGHARGAAN KARYA SATYA
DARI UPN VETERAN HANKAM
AKU BERBAHAGIA ENGKAU
MASIH MAU MENYERTAIKU SELAM INI
TERIMA KASIH JUGA UNTUK
PENJAGAANMU TERHADAP DIRIKU
TERIMA KASIH TUHAN
AMIEN

Tuesday, February 3, 2009

DOA ULANG TAHUN PART 2

SELAMAT PAGI TUHAN
AKU MENGUCAP SYUKUR ATAS PEMBERKATANMU
KEPADA DIRIKU SELAMA INI
KINI AKU BERDOA KEPADAMU
PADA HARI INI TANGGAL 2 PEBRUARI
ADIKKU BERULANG TAHUN YANG KE 40
 TERIMA KASIH ATAS KARUNIA YANG KAU BERIKAN
KEPADA ADIKKU SELAMA INI
TERIMA KASIH TUHAN
TERIMA KASIH

DOA ULANG TAHUN

SELAMAT PAGI BAPA
HARI INI PAPAKU ULANG TAHUN
TERIMA KASIH AKU UCAPKAN
ATAS PENJAGAANMU KEPADA PAPAKU
SELAMA INI
AKU BERTERIMA KASIH ATAS KUASA ROH KUDUS
YANG BERIKAN UNTUK MENJAGA PAPAKU DARI
SEGALA COBAAN
SAMPAI HARI INI eNGKAU MAU BERI HIDUP
YANG PENUH CERIA DAN SEHAT 
TERIMA KASIH TUHAN
HARI INI PAPAKU GENAP BERUSIA 83 TAHUN
SEMOGA PAPAKU DAPAT MELIHAT
HARI ESOK DENGAN PENUH KECERIAAN BERSAMA
ANAK DAN CUCUNYA
AMIEN

Thursday, January 8, 2009

DOA HARIAN

YA TUHANKU YA ALLAHKU
AKU DATANG KEHADIRATMU YA BAPA
UNTUK MEMUJI DAN MEMBESARKAN NAMAMU
AKU JUGA MEMOHON AMPUN AKAN SEGALA 
DOSA YANG TELAH KULAKUKAN SELAMA HARI INI
AMPUNILAH AKU YA TUHAN
BERILAH KEKUATAN KEPADA DIRIKU
UNTUK DAPAT MENGAMPUNI ORANG LAIN
YANG BERSALAH KEPADA DIRIKU
AKU JUGA MEMOHONKAN BERKAT KESELAMATAN DARIMU
UNTUK KELUARGAKU, ADIKKU DAN ORANG TUAKU
TUHAN ENGKAU MAHA TAHU APA YANG
BERKECAMUK DALAM DIRIKU
ENGKAU TAHU AKAN IMPIANKU
ENGKAU MAHA TAHU AKAN PENGHARAPANKU


YA TUHA BIMBINGLAH AKU DALAM SETIAP 
LANGKAH HIDUPKU
AMIEN