Sunday, February 26, 2012

Pada akhir jaman Allah tidak akan bertanya tentang pangkat, kuasa atau agama kita. Namun Allah akan bertanya apa yang telah kita perbuat untuk sesama yang membutuhkan bantuan. Itulah tolok ukur yang dipakai Tuhan untuk menentukan tempat kita kelak disurga, yaitu apakah ajaran Kasih yang telah disampaikan dan ditunjukkanNya itu benar benar dilakukan oleh semua pengikut-Nya. Memperhatikan sesama yang menderita dengan mewujudkan kasih secara nyata. Semoga kekuatan kasih Allah membimbing kita untuk dapat menjadi domba pilihan-Nya.

Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya Mzm 19:9

Monday, February 22, 2010

PENDEWASAAN IMAN

Ada sebuah suku pada bangsa Indian yang memiliki cara yang unik untuk mendewasakan anak laki-laki dari suku mereka.
Jika seorang anak laki-laki tersebut dianggap sudah cukup umur untuk didewasakan, maka anak laki-laki tersebut akan di bawa pergi oleh seorang pria dewasa yang bukan sanak saudaranya, dengan mata tertutup.

Anak laki-laki tersebut di bawa jauh menuju hutan yang paling dalam. Ketika hari sudah menjadi sangat gelap, tutup mata anak tersebut akan dibuka, dan orang yang menghantarnya akan meninggalkannya sendirian.

Ia akan dinyatakan lulus dan diterima sebagai pria dewasa dalam suku tersebut jika ia tidak berteriak atau menangis hingga malam berlalu.
Malam begitu pekat, bahkan sang anak itu tidak dapat melihat telapak tangannya sendiri, begitu gelap dan ia begitu ketakutan.

Hutan tersebut mengeluarkan suara-suara yang begitu menyeramkan, auman serigala, bunyi dahan bergemerisik, dan ia semakin ketakutan, tetapi ia harus diam, ia tidak boleh berteriak atau menangis, ia harus berusaha agar ia lulus dalam ujian tersebut.

Satu detik bagaikan berjam-jam, satu jam bagaikan bertahun-tahun, ia tidak dapat melelapkan matanya sedetikpun, keringat ketakutan mengucur deras dari tubuhnya.

Cahaya pagi mulai tampak sedikit, ia begitu gembira, ia melihat sekelilingnya, dan kemudian ia menjadi begitu kaget, ketika ia mengetahui bahwa ayahnya berdiri tidak jauh dibelakang dirinya, dengan posisi siap menembakan anak panah, dengan golok terselip dipinggang, menjagai anaknya sepanjang malam, jikalau ada ular atau binatang buas lainnya, maka ia dengan segera akan melepaskan anak panahnya, sebelum binatang buas itu mendekati anaknya. sambil berdoa agar anaknya tidak berteriak atau menangis.

RENUNGAN :
Dalam mengarungi kehidupan ini, sepertinya Tuhan “begitu kejam” melepaskan anak-anakNya ke dalam dunia yang jahat ini. Terkadang kita tidak dapat melihat penyertaanNya, namun satu hal yang pasti Ia setia, Ia mengasihi kita, dan Ia selalu menjagai kita. GBU..

Sunday, February 22, 2009

BAHAN RENUNGAN HARI KE-12

SAKSI IMAN


Saya ingat betapa gembiranya perasaan saya ketika anak kami dapat menirukan kata 'mama' dari bibir mungilnya untuk pertama kalinya. Anak-anak belajar dengan meniru. Mereka adalah peniru yang paling baik tapi bukan penafsir yang baik. Itu­lah sebabnya saya sering khawatir bila anak-anak menonton ade­gan kekerasan di televisi.
Sebaliknya saya juga senangjika acara televisi dapat mendidik apalagi membantu pertumbuhan iman anak-anak kami. Setiap pemberitaan tentang Kristus akan membangkitkan dan mengu­atkan iman. Dengan mendengar dan melihat kesaksian iman ten­tang Kristus saya berharap iman anak-anak kami makin dikuatkan dan kelak dapat menjadi pewarta iman yang tangguh.
Setiap orang Kristen mempunyai tugas mewartakan Tuhan yang hidup. Yesus menegaskan perlunya kita mengakui iman dan mengakui-Nya di hadapan manusia (Mat 10:32). Mungkin ada dari kita yang tidak berani mengakui bahwa Yesus itu Tuhan. Banyak yang memandang bahwa mengorbankan bisnis atau persahabat­an demi keyakinan akan Kristus itu sangat tidak realistis. Banyak juga orang Katolik yang masih malu membuat tanda salib sebelum makan di suatu pesta atau restoran. Mungkin juga kita sering lupa bersyukur kepada Tuhan atas kesehatan, pekerjaan, anak yang pandai, dst. Kita lupa bahwa Yesuslah yang berhak atas seluruh kehidupan kita. Dialah satu-satunya Tuhan atas hidup kita.
Pertanyaan Tuhan kepada Yesaya juga ditujukan kepada kita orang - orang pilihan-Nya: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapa­kah yang mau pergi untuk Aku?" (Yes 6:8). Jika kita telah disela­matkan dan mengalami kebaikan Tuhan, apakah pertanyaan ini terlalu berat untuk kita? Bukankah kita tidak harus pergi ke tem­pat yang jauh untuk mewartakan Tuhan?
Kita dapat menjadi saksi-Nya di mana pun kita berada. Kita perlu terus berdoa agar mata batin kita makin terbuka. Mampu melihat Tuhan yang hidup dalam peristiwa - peristiwa yang kita alami. Mau mengakui-Nya sebagai satu - satunya Tuhan yang ber­kuasa dalam seluruh hidup kita. Jangan lupa, bagi orang beriman selalu ada alasan untuk bersaksi tentang kebaikan Tuhan! (Eln) 

Saturday, February 21, 2009

BAHAN RENUNGAN HARI KE-11

BERHALA



Seandainya Hosea hidup kembali, ia akan marah sekali. Manusia-manusia zaman sekarang suka 'menyembah buatan tangannya'. Itu nampak ketika seseorang berada di depan televisi. Televisi seakan-akan telah menjadi tuan yang patut diberi puja-puji. Karena itu banyak orang rela memberikan dirinya begitu lama di depan televisi.
"Mau apalagi, tidakada hiburan", kata seseorang menghibur diri."Mau baqaimana lagi tidak ada pekerjaan'; kata yang lain menenangkan diri. "Kami butuh refreshing", kata yang lain mem­bela diri.Terserahlah! Intinya toh sama. Televisi telah mengalahkan Tuhan. Mari kita hitung, berapa waktu yang kita persembahkan buat Tuhan dalam sehari. Mungkin waktu kita untuk Tuhan 10% kurang dari dari waktu kita untuk menonton televisi.
Lebih mengenaskan lagi, tontonan dalam televisi banyak yang tidak mendidik. Sinetron yang tidak masuk akal. Acara pencarian bakat yang membodohkan (menurut data KOMPAS, telah banyak korban acara seperti ini). Berbagai bentuk kekerasan dan ung­kapan tidak sopan, semuanya ada. Karena kita tonton setiap hari, kita semakin tidak katolik. Mengapa saya katakan demikian? Sebab kita diam saja dengan hal-hal semacam itu. Kita juga terjebak dafam bisnis pengumpulan pulsa yang membuat banyak orang terjerat hutang. Kita telah ikut memupuk mimpi-mimpi kosong yang menghilangkan semangat kerja keras.
Televisi adalah buatan tangan manusia, namun sekarang kita menyembahnya. Sungguh Hosea akan murka jika ia mengetahui hal ini. Apa yang mesti kita lakukan agar kita tidak terkena murka Hosea, bahkan murka Allah? Mari kita jalankan tugas kita sebagai pengikutYesus, mewartakan kabargembira. Tugas ini tidak mudah. Bahkan bahaya akan mengancam. Namun jangan takut. Roh Tuhan akan menyertai kita.
Televisi adalah salah satu tantangan kita. Agar dapat men­jadikan televisi sebagai sarana pendewasaan, kita mesti kritis. Jika tayangan yang ada tidak berkualitas jangan ditonton. Jangan mau dibodohi televisi. Jangan pernah menyembah buatan tangan kita sendiri. Karena ia adalah berhala. (UIs)

Friday, February 20, 2009

BAHAN RENUNGAN HARI KE-10

BACA KITAB SUCI DULU



Mata adalah salah satu organ penting. Indra ini dapat membantu kita menikmati alam nan indah ciptaan Al­lah sehingga mampu bersyukur pada-Nya. Namun karena mata pula, seseorang dapat berlaku menyimpang. Misalnya, seorang bapak tanpa ampun memukuli istrinya, seorang ibu tega mene­lantarkan anak dan suaminya dan menyeleweng dengan pria lain yang lebih kaya, seorang anak tega menganiaya adik kandungnya. Semuanya karena terinspirasi setelah melihat tayangan televisi.
Fakta-fakta di atas menunjukkan betapa media televisi mam­pu mempengaruhi habit (kebiasaan) setiap orang secara perla­han tapi pasti. Ibarat pisau, apabila dipegang seorang tukang ma­sak yang handal, makanan yang lezat cepat tersaji. Namun apa­bila berada ditangan seorang tanpa nurani, pisau bisa mencelakai orang lain di dekatnya. Begitu pun televisi. Media ini sangat efektif untuk kemajuan bila yang disajikan mendidik, etis, dan hu­manis. Namun, bisa pula membuat orang sesat ketika tayangan yang disajikan brutal tanpa hati nurani.
Saat ini televisi seakan-akan menjadi Tuhan. la lebih mampu mempengaruhi pola pikir banyak orang daripada kitab suci. Seseorang betah berjam - jam menonton televisi, sementara satu menit membaca kitab suci saja rasanya tersiksa.Bacaan pertama hari ini menceritakan umat Israel yang begitu mudah berpaling kepada para Baal. Dewa-dewa Baal zaman sekarang bisa jadi berupa tayangan televisi. Sekilas menarik hati tapi sebetulnya membutakan nurani. Bagaimana menyikapi hal ini?
Hari ini Yesus mengharapkan kita untuk setia memberitakan kabar gembira kerajaan surga. Untuk ituYesus meminta kita tidak mudah terpengaruh hal-hal duniawi. "Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga ........ sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya". Kita semua diharapkan menyerahkan se­galanya pada Allah, tanpa tawar-menawar lagi.
Tayangan televisi boleh saja dinikmati, tetapi perlu rahmat Ilahi. Maka sebelum menonton televisi, alangkah baiknya mem­bekali diri dengan tuntunan Ilahi lewat kitab suci. Niscaya kita tetap setia pada hati nurani. Selamat menonton televisi dan mencari Allah dalam setiap tayangan yang kita nikmati! (Gor).

Thursday, February 19, 2009

BAHAN RENUNGAN HARI KE-9

KESAKSIAN HIDUP

Bapak Andreas adalah seorang warga yang peduli pada tetangga sekitarnya. Pada suatu hari ibu Kotijah, te­tangganya, memohon kepadanya untuk mengantar putranya yang sakit ke rumah sakit. Ibu itu tidak tahu harus meminta ban­tuan kepada siapa lagi. Walaupun Pak Andreas punya rencana lain yang mendesak, ia dengan ikhlas mau membantu. la men­dudukkan bocah itu ke kursi mobil, mengencangkan sabuk peng­amannya, dan segera melaju menuju rumah sakit.
Dalam perjalanan, bocah lelaki yang bernama Seno itu me­natap Pak Andreas dan bertanya, 'Apakah bapak bernama Allah?" Dengan terkejut Pak Andreas menjawab, "Bukan !!"Anak lelaki itu dengan lugunya melanjutkan, "Tad isaya mendengar ibuku berdoa kepada Allah agar aku dapat diantar ke rumah sakit. Kalau bapak bukan Allah, apakah bapak anak buah Allah?" Pak Andreas ber­gumam, "Mungkin demikian.". Dalam hati pak Andreas muncul keinginan untuk melaksanakan perbuatan baik seperti ini lagi, agar ia dapat mewartakan kebaikan Allah.
Yesus memanggil dan mengutus para murid-Nya, "Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat." (Yoh 10:7) Sung­guh menarik bahwa para murid yang dipanggil Yesus bukanlah orang-orang yang hebat. Mereka kebanyakan tidak terdidik dan orang-orang biasa. Namun Yesus mempercayakan perutusan­nya kepada mereka. Kini, Tuhan pun memanggil dan mengutus kita semua, tanpa kecuali, untuk mewartakan kabar gembira Kerajaan Allah. Pewartaan kabar gembira tidak melulu dengan kata-kata, namun terlebih melalui kesaksian hidup kita sehari-hari.
Dunia dan masyarakat luas membutuhkan kabargembira Ke­rajaan Allah. Allah memerlukan kita untuk menjadi saksi kebenar­an di tengah situasi riil masyarakat saat ini, misalnya situasi kelaparan, ketidakamanan hidup, ketidakadilan dan penindasan hak­hak asasi manusia. Kita perlu merefleksikan diri: sejauh mana saya terlibat menjadi saksi kebenaran, menjadi pewarta kabar gembira di tengah lingkungan, tempat saya berada. Sebagaimana Bapak Andreas, kita juga di panggil menjadi bentara untuk mem­bawa keselamatan yang ditawarkan Allah kepada dunia. (Nhr)

Wednesday, February 18, 2009

BAHAN RENUNGAN HARI KE-8

PENGORBANAN


 Sebuah lonceng menjadi lonceng, bila ia berbunyi; se­buah lagu akan menjadi sebuah nyanyian bila dinya­nyikan; demikianjuga halnya dengan kasih : ia akan menjadi kasih pada saat orang mengasihi. Artinya, orang harus keluar dari diri­nya dan berarti bagi orang lain. Ibarat seorang manusia, ia hanya akan menjadi manusia bila keluar dari rahim, setelah sembilan bulan berdiam dalam sebuah keheningan total. la menjadi ang­gota umat manusia ketika merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain yang telah lahir sebelum dia.
Panggilan 12 rasul dilator belakangi oleh rasa KASIH Yesus yang mendalam kepada orang banyak yang mengikuti-Nya."Tuaian memang banyak, tetapi pekerjanya sedikit" (Mat 9: 37). Yesus merasa iba melihat umat Israel yang haus akan bimbingan, pe­mimpin yang berbudi, dan lapar akan kehadiran manusia-manusia yang mau berkorban,yang benar,jujur, dan adil.
Kelangkaan akan manusia yang benar membuat manusia dan dunia menjadi sakit, bahkan mati secara rohani. Para rasul diutus untuk pergi keluar dari dirinya sendiri dan memberdayakan seluruh umat manusia yang sedang sakit (moral dan religius). Tanpa kehadiran "pekerja-pekerja Tuhan" ini, maka dunia, yang adalah tanaman persemaian manusia, akan hancur berantakan.
Albert Einstein pernah berkata, “Ada satu hal yang sangat saya sadari, yaitu bahwa jika seseorang hidup, ia hidup demi orang lain. Dalam satu hari saya berulang-ulang menyadari bagaimana hidup saya dibangun oleh kerja keras teman-teman saya dan ka­rena itu saya harus keluar dari diri saya untuk membalas apa yang saya dapatkan dari orang-orang lain diluar diri saya".
Maka resep untuk hidup bahagia adalah meningkatkan kesa­daran bahwa saya lebih membutuhkan orang lain, dan bukan mengunggulkan keyakinan pribadi bahwa sayalah yang lebih di­butuhkan oleh orang lain. Artinya, jika ingin merasakan nikmat­nya kehidupan, indahnya tidur tanpa mimpi-mimpi buruk, dan jantung anda berdetak teratur ritmis, makajadilah manusia yang berkorban! (Six)